LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEM DANAU
Asterina
Wulan Sari
12/335195/PN/13030
Teknologi Hasil Perikanan
12/335195/PN/13030
Teknologi Hasil Perikanan
INTISARI
Danau merupakan
perairan umum yang dapat dijumpai di berbagai banyak tempat dan banyak
dimanfaatkan oleh para warga. Praktikum ekosistem danau ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 19 April 2013 di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta pada pukul 13.30.
Di Waduk Tambak Boyo ini banyak dimanfaatkan oleh para warga untuk memancing
ataupun berjualan. Tambak boyo ini dibagi menjadi tujuh stasiun pengamatan.
Pada setiap stasiun dilakukan pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi.
Parameter fisika yang diamati meliputi suhu air dan udara, kecerahan, TSS, dan
warna air. Parameter kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, bahan organik
(BO), dan BOD5. Parameter biologi meliputi densitas plankton dan diversitas
plankton. praktikum ini memiliki tujuan mempelajari karakteristik perairan
lentik dan faktor pembatasnya, mempelajari cara pengambilan data tolak ukur fisika, kimia dan biologi
suatu perairan lentik, mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur
lingkungan dengan populasi biota perairan, dan mempelajari kualitas perairan
lentik berdasarkan indeks diversitas biota perairan. Berdasarkan pengamatan
danau dinyatakan dalam kondisi baik, dan stasiun yang memiliki kualitas air yag
terbaik adalah stasiun 4.
Kata kunci :
Danau, Densitas, Diversitas, Kualitas Air, Parameter
PENDAHULUAN
Danau adalah
ekosistem air tawar yang mudah dijumpai selain sungai. Danau mempunyai nilai
yang sangat penting bagi makhluk hidup, hal ini berkaitan dengan danau sebagai
habitat berbagai organisme air, dan sebagai sumber air bagi masyarakat
sekitarnya. Sekarang ini, danau telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
tidak hanya sebagai sumber air, tetapi juga untuk kegiatan pertanian dan budidaya
perikanan dengan cara menggunakan keramba. Selain itu, danau juga sebagai
kawasan wisata yang memiliki kendahan alam dan tempat olahraga memancing. Oleh
karena itu, melihat pentingnya danau, maka ekosistem danau dan kualitas air
perlu dijaga agar dapat memberikan fungsinya secara maksimal.
Danau adalah cekungan tergenang air secara
alami. Danau menampung air yang berasal dari hujan, mata air, dan air sungai.
Ada juga danau yang dibuat manusia,
dengan cara membendung aliran sungai. Namanya, waduk atau bendungan (Anggarini,2007).
Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya
pada daerah pinggir. Danau dicirikann dengan arus yang sangat lambat
(0,001-0,01 m/detik) atau tidak ada ada arus sama sekali. Oleh karena itu,
waktu tinggal (residence time) air dapat
berlangsung lama (Effendi,2003)
Ekosistem danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu benthal merupakan
zona substrat dasar yang dibagi menjadi zona litorial dan profundal
(Barus,2004). Morfologi dari kolam danau
sangat penting pengaruhnya dalam semua hal yang berhubungan dengan fisik,
kimia, dan biologi. Bentuk dan ukuran sebuah danau akan mempengaruhi
karakteristiknya (Wetzel,1991). Zonase perairan tergenang (danau) dibagi menjadi dua, yaitu zonase
bentos/dasar dan zonase kolam air. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan
lentik (danau) diklasifikasikan menjadi lima, yaitu :(1) Oligotrofik; (2)
Mesotrofik; (3) Eutrofik; (4) Hiper-eutrofik; (5) Distrofik (Cole,1988).
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
mempelajari karakteristik ekosistem lentik dan faktor-faktor pembatasnya,
mempelajari cara pengambilan data tolak ukur fisika, kimia dan biologi suatu
perairan lentik, mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan
dengan populasi biota perairan, dan mempelajari kualitas perairan lentik
berdasarkan indeks diversitas biota perairan.
METODOLOGI
Praktikum
ekosistem ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 April 2013 pukul 12.30
WIB. Danau yang digunakan sebagai tempat
praktikum adalah Waduk Tambak Boyo Yogyakarta, yang dibagi menjadi 7 stasiun.
Dalam praktikum ini dipelajari parameter fisik, parameter kimia, dan parameter
biologi.
Bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pH meter, larutan MnSO4, larutan
reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80N Na2S2O3, larutan 1/44N NaOH,
larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 HCl, larutan indikator amilum, larutan
indikator Phenophphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO), larutan
indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), larutan 0.01N Kalium
Permanganat, 6N H2SO4, larutan 0.01N asam oksalat, dan larutan 4%formalin. Alat
yang dipergunakan adalah tongkat kecil, bola tenis meja, stopwatch, roll meter,
meteran, thermometer, botol oksigen, Erlenmeyer, gelas ukur, ember plastik,
pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, kertas label, dan pensil.
Parameter
pada praktikum ini mencangkup parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter
fisika meliputi suhu air dan udara, kecerahan, TSS, dan warna air. Parameter
kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, bahan organik (BO), dan BOD5.
Parameter biologi meliputi densitas plankton dan diversitas plankton. Prinsip
kerjanya adalah dengan menentukan stasiun-stasiun yang akan diamati kemudian
pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan data pada titik permukaan dan
dasar perairan dengan menggunakan water sampler. Pada masing-masing titik
pengamatan diambil cuplikan plankton dengan cara memampatkan 20 liter air danau
ke dalam botol flakom menggunakan jaring plankton. Untuk mengamati dan
menghitung plankton dilakukan di bawah mikroskop dengan menggunakan Sedgwick
Rafter Counting Cell (SR) bervolume 1ml, sedangkan indeks diversitas keragaman
plankton dihitung dengan rumus Shannon-Wienner. Selanjutnya metode gravimetri
untuk mengukur kandungan padatan tersuspensi total, DO dengan metode Winkler,
CO2 bebas dengan metode alkalimetri, kecerahan dengan Secchi Disk.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Secara
umum, warna air di Waduk Tambak Boyo ini hijau, mulai dari kehijauan, hijau lumut,
hijau kecoklatan, hijau keseluruhan, hijau kebiruan, sampai hijau kekuningan.
Vegetasi pada sekeliling danau adalah semak, pohon-pohon besar, dan rumput
liar. Fauna perairan pun dapat ditemukan disana seperti ikan nila, ikan lele,
dan beberapa jenis organism lainnya. Lingkungan disekitar danau cukup bersih
dan ditemukan beberapa masyarakat yang memancing dan membuka warung di pinggir
danau.
Tabel
1. Pengamatan Praktikum Ekologi Perairan Ekosistem Danau
Parameter
|
Stasiun
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
Fisika
|
|
|
|
|
|
|
|
Suhu Air (°C)
|
29
|
31
|
29
|
29
|
29
|
28
|
31.5
|
Suhu Udara (°C)
|
28.5
|
27.5
|
27.5
|
30
|
27.5
|
31
|
31
|
Kecerahan (cm)
|
86.5
|
109.5
|
70.5
|
108
|
62.25
|
41
|
15.5
|
TSS (ppm)
|
0.531
|
0.461
|
0.382
|
0.6436
|
0.414
|
0.41
|
5.947
|
Warna Air
|
Hijau
|
Kehijauan
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
lumut
|
kecoklatan
|
Kekeruhan
|
kebiruan
|
kekuningan
|
|||
Kimia
|
|
|
|
|
|
|
|
DO (ppm)
|
7.5
|
8.3
|
9.7
|
6.11
|
5.53
|
9.1
|
11.6
|
CO2 bebas (ppm)
|
21.6
|
8.4
|
7.3
|
15.2
|
6.6
|
10
|
5.8
|
Alkalinitas (ppm)
|
80
|
89
|
90
|
167
|
73.2
|
30
|
40
|
pH
|
7.1
|
7
|
7.1
|
7
|
7
|
7
|
7
|
BO (ppm)
|
10.75
|
7.28
|
9.49
|
11.39
|
6.33
|
8.86
|
19.29
|
BOD5
|
2.92
|
0.35
|
1.76
|
8.88
|
2.87
|
7.31
|
2.1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biologi
|
|
|
|
|
|
|
|
Densitas Plankton
(indv/l)
|
34
|
41
|
156
|
51
|
47
|
23
|
38
|
Diversitas Plankton
|
3.239
|
2.734
|
0.488
|
2.764
|
3.438
|
3.621
|
0.524
|
Stasiun
6 yang menjadi salah satu stasiun yang diamati memiliki suhu udara 31, dan suhu
air 28. Untuk kehidupan ikan dan
organism makanannya adalah 25 – 30. Tinggi rendahnya nilai temperature suatu
badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan organism air termasuk plankton.
Tingginya nilai temperature dapat meningkatkan kebutuhan plankton akan oksigen.
Hal ini disebabkan karena temperatur dapat memicu aktifitas fisiologi plankton
sehingga kebutuhan akan semakin meningkat. Temperatur air di suatu ekosistem
danau dipengaruhu terutama oleh intensitas cahaya matahari tahunan, letak
geografis serta ketinggian danau di atas permukaan laut.
Kecerahan
pada stasiun 6 yaitu 41cm. nilai kecerahan ini ini tergolong rendah karena
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi didalamnya. Apabila nilai
kecerahan air <25cm maka akan sangat berpengaruh langsung pada organism
perairan seperti kultur plankton yang dapat mati dan penurunan DO (SITH,2009). Kecerahan
yang rendah juga menunjukkan bahwa nilai TSS dan BO tinggi. hal tersebut
disebabkan karena TSS dan BO merupakan suspense yang terlarut dalam air yang
mampu menghalangi partikel cahaya matahari menembus molekul air sehingga
menyebabkan air menjadi keruh.
Stasiun
6 memiliki warna air hijau kebiruan. Warna parairan disebabkan oleh pengaruh
bahan organic dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus, ion-ion logam
serta bahan-bahan lain (Effendi, 2003). Sehingga warna air berkaitan dengan
kecerahannya. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya memiliki warna
tampak dan warna sesungguhnya sama dengan warna standar. Sehingga warna air
berbanding lurus dengan kecerahan, dan berbanding terbalik dengan TSS dan BO.
Nilai TSS dan BO pada stasiun 6 adalah 0.41 ppm dan 8.86 ppm.
Kadar
oksigen terlarut (DO) pada stasiun ini adalah 9.1 ppm, dan ini termasuk tinggi.
Batas minimum kandungan oksigen mendukung kehidupan organism akuatik yaitu 4
ppm (Suwondo et al, 2005). Kandungan oksigen terlarut di perairan alami
tergantun pada keberadaan tumbukan dan fitoplankton yang hidup di perairan yang
melakukan aktivitas fotosintesis, suhu di perairan, kandungan bahan organic,
salinitas, dan tekanan atmoser (Effendi, 2003). Kadar CO2 di stasiun 6 bernilai
4 ppm, seharusnya kandungan CO2 berbanding terbalik dengan DO. Nilai
alkalinitasnya 30 ppm, nilai alkalintas berbanding lurus dengan pH 7 karena
sifat basa pada alkalinitas menyebabkan nilai pH tinggi apabila alkalinitas
tinggi, dan pH berbanding terbalik dengan CO2. Densitas pada stasiun ini adalah
23 individu/liter dengan diversitas plankton sebesar 3.621.
Suhu
air tertinggi terdapat pada stasiun 7 yaitu 31.50C dan suhu udara
tertinggi terdapat pada stasiun 6 dan 7 yaitu 310C. Sedangkan DO
tertinggi dan terendah pada stasiun 7 dan stasiun 4 dengan nilai 11.6 ppm dan 6.11
ppm. Stasiun 1 memiliki CO2 bebas
tertinggi dengan nilai 21.6 dan terendah pada stasiun 7 dengan nilai 5.8 ppm.
Menurut Jeffries et al (1996), semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin
kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Suhu memiliki
hubungan erat dengan kandungan oksigen terlarut. Semakin tinggi suhu perairan
maka semakin rendah kadar DOnya, begitupun sebaliknya semakin rendah suhu maka
kadar DO akan semakin tinggi. Menurut Effendi (2003), suhu memiliki hubungan
erat dengan dengan kandungan oksigen terarut. Semakin tinggi tinggi suatu
perairan maka semakin rendah kadar DOnya, begitupula sebaliknya semakin rendah
suhu maka kadar DO makin tinggi. Hal ini berbeda dengan kadar CO2 karena
peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organic
sehingga kadar CO2 pun semakin meningkat. Jadi, suhu berbanding terbalik dengan
DO dan berbanding lurus dengan CO2.
Gambar
1. Grafik Suhu Air vs Stasiun
Gambar
2. Grafik Suhu Udara vs Stasiun
Gambar
3. Grafik DO vs Stasiun
Gambar
4. Grafik CO2 Bebas vs Stasiun
Alkalinitas
terendah dimiliki pada stasiun 6 yaitu 30 ppm, dan tertinggi pada stasiun 4
yaitu 167 ppm, kedua stasiun ini diluar kisaran normal alkalinitas. Nilai
alkalinitas berada pada kisaran normal antara 80-120 ppm. Nilai alkalinitas
berbanding lurus dengan nilai pH yang berada pada kisaran 6,8 karena sifat basa
pada alkalinitas menyebabkan tingginya nilai pH dan bila niali alkalinitas
rendah, rendah pula nilai pH-nya (SITH, 2009). Alkalinitas merupakan
konsentrasi dari unsur basa yang bersifat penyangga. Nilai alkalinitas ini
berbanding lurus dengan pH, karena sifat basa yang tinggi menyebabkan nilai pH
yang tinggi juga, pH pada perairan waduk ini berkisar 7-7.1. Alkalinitas juga
berhubungan dengan konsentrasi ion dalam sebuah perairan. Sehingga tingginya
CO2 diikuti turunnya kadar alkalinitas dan pH perairan. CO2 yang ada pada
perairan merupakan hasil respirasi untuk zooplankton dan organism lainnya di
perairan.
Gambar
5. Grafik Alkalinitas vs Stasiun
Gambar
6. Grafik pH vs Stasiun
DO
memiliki hubungan terbalik dengan BO, karena suspensi yang ada pada BO akan
menyebabkan kekeruhan sehingga akan berpengaruh pada organism perairan yang
dapat mati dan penurunan DO. Kadar BOD5 berkisar antara 0.35-8.88, semakin
tinggi BOD suatu perairan maka semakin buruk kondisi perairan tersebut. Karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk senyawa organik semakin banyak sehingga
menurunkan nilai DO. Jadi, BO berbanding terbalik dengan DO dan berbanding
lurus dengan BOD5. Menurut Barus (2004), semakin tinggi BOD5 suatu perairan
maka semakin buruk kondisi perairan tersebut. Sebab jumlah oksigen yang
digunakan atau dibutuhkan untuk menggunakan senyawa oraganik semakin banyak,
sehingga menurunkan nilai oksigen terlarut. Dengan demikian kondisi air akan
miskin oksigen, sehingga organisme tidak dapat berkembang karena BOD5
mengindikasikan banyak limbah yang terdapat pada perairan tersebut.
Gambar
7. Grafik BO vs Stasiun
Gambar
8. Grafik BOD5 vs Stasiun
Densitas
plankton tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 156 individu/liter dan
terendah pada stasiun 6 yaitu 23 individu/liter. Densitas plankton ini
dipengaruhi oleh kandungan DO, semakin tinggi DO maka semakin tinggi pula
densitas plankton. sebelumnya telah dikatO menurun, karena larutan yang
tersuspensi di perairan. Jadi, TSS berbanding terbalik dengan kecerahan dan DO.
Gambar
9. Grafik Densitas Plankton vs Stasiun
Kecerahan
suatu perairan dipengaruhi oleh kadar TSS dan DO. TSS tertinggi terdapat pada
stasiun 7yaitu sebesar 5.947 ppm dan pada stasiun ini hanya memiliki kecerahan
15.5 cm. semakin tinggi suatu kadar TSS, maka akan mengakibatkan DO menurun
karena larutan yang tersuspensi di perairan. Jadi, TSS berbanding terbalik
dengan kecerahan dan DO.
Gambar
10. Grafik TSS vs Stasiun
Gambar
11. Grafik Kecerahan vs Stasiun
Pada
seluruh stasiun pengamatan memiliki kisaran diversitas plankton antara 0.488
hingga 3.621. Nilai diversitas tertinggi terdapat pada stasiun 6 dan terendah
pada stasiun 3.
Gambar
12. Grafik Diversitas Plankton vs Stasiun
Densitas
dan diversitas plankton dapat menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan.
Keberadaan plankton dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh suhu, cahaya
matahari, DO, CO2, pH, TSS, dan BO. Suhu akan berpengaruh pada metabolisme
melalui proses respirasi dan pada fitoplankton akan membutuhkan CO2 untuk
proses fotosintesisnya. Cahaya atau kecerahan berpengaruh pada fitoplankton dan
tumbuhan air pada fotosintesis. Nilai pH dan alkalinitas berpengaruh pada keasaman
air, diperlukan pH yang optimum dalam perairan untuk hidupnya organism air. TSS
menyebabkan kekeruhan air dan menghalangi penetrasi dari sinar matahri, dan BO
berpengaruh pada dekomposisi materi dalam perairan yang akan diuraikan oleh
plankton.
Oleh
karena itu, secara garis besar berdasarkan parameter dan stasiun yang diamati,
waduk ini tergolong baik perairannya. Dari 7 stasiun yang ada, kualitas
perairan yang terbaik adalah stasiun 6. Hal ini dikarenakan stasiun 6 mempunyai
diversitas plankton yang tinggi dan parameter fisik serta parameter kimia yang
masih berada pada batas toleran.
KESIMPULAN
Karakteristik
perairan lentik atau danau dititikberatkan pada daerah terbuka dengan
perairannya yang menggenang. Setiap parameter fisik, kimia, dan biologi menimbulkan
dampak atau hubungan antara parameter tersebut. Densitas dan diversitas
plankton yang tingg menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki kualitas air
yang baik. Hai ini juga dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia, karena
berhubungan langsung pada kemampuan metabolism dan kehidupan plankton. Dari
hasil praktikum ini di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta memiliki kualitas air yang
tergolong baik. Dari 7 stasiun, stasiun 6 merupakan stasiun dengan kondisi yang
paling baik karena dari tiap parameter menunjukkan masih berada pada nilai yang
ideal.
SARAN
Sebaiknya
sebelum melakukan praktikum di lapangan melihat perkiraan cuaca terlebih dahulu
karena pada saat praktikum tiba-tiba turun hujan. Akibatnya mengganggu
pengukuran parameter kimia karena air hujan sempat menetes pada erlenmeyer.
Diharapkan pada masyarakat yang memancing ikan tidak mencemari ekosistem danau
di Waduk Tambak Bayan Yogyakarta.
DAFTAR
PUSTAKA
Aggraini, Kiki. 2007.
Mengenal Ekosistem Perairan. Grasindo.Jakarta.
Barus,T.A.2004. Pengantar Limnologi.Universitas
Sumatera Utara.Medan.
Cole,
G.A.1998. Textbook of Limnology. Third edition. Waveland Press. Inc, Illinois,
USA.
Effendi, Hefni. 2003.
Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Jeffries,
D.S, Wales, D.L. 1996. Fresh Water Ecology, Principles and Applications.
John Wiley and Sons, Chichester, UK.
SITH.
2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Suwondo, E.
Febrita, dan F. Sumanti. 2005. Strukutur Komunitas Gastropodalau pada
Hutan
Mangrove di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.
Jurnal
Biogenesis Vol.2(1):25-29
Wetzel, R.G. dan Likens, G.E. 1991. Limnological Analyses. Springer-rerlag.New
York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar